Rumah Adat Kalimantan Selatan – Suku Banjar adalah salah satu suku bangsa yang mendiami Provinsi Kalimantan Selatan.

Mereka terkenal dengan budaya yang kaya, adat istiadat yang kental, dan sejarah yang panjang.

Suku Banjar memiliki peranan penting dalam sejarah dan perkembangan wilayah Kalimantan Selatan.

Kebudayaan Banjar merupakan hasil perpaduan antara budaya lokal dengan pengaruh luar seperti budaya Melayu, Jawa, dan Arab.

Ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bahasa, kuliner, seni, dan adat istiadat. Termasuk juga rumah adatnya yang unik dan beragam jenisnya.

Untuk mengenal lebih jauh tentang Rumah Adat Kalimantan Selatan, yuk simak ulasan berikut ini !

Sejarah Rumah Adat Kalimantan Selatan

<yoastmark class=

Kalimantan Selatan memiliki berbagai rumah adat yang masing-masing memiliki sejarah unik.

Sebagian besar rumah adat ini dihuni oleh Sultan atau Raja, kerabat mereka, atau orang – orang yang berperan penting dalam kesultanan.

Rumah Bubungan Tinggi adalah rumah adat tertua yang ada di Kalimantan Selatan.

Rumah Bubungan Tinggi awalnya diperuntukkan bagi sultan dan bangsawan pada masa kesultanan, namun setelah Kesultanan Banjar jatuh pada tahun 1860, pedagang kaya juga mulai membangun rumah ini.

Salah satu contohnya adalah Rumah Bubungan Tinggi yang dibangun oleh H. Muhammad Arif, seorang saudagar kaya, pada tahun 1867 M. Selama perjuangan kemerdekaan, rumah ini digunakan oleh para pejuang sebagai markas dan tempat latihan.

Namun, setelah perjuangan berakhir, Rumah Bubungan Tinggi mulai ditinggalkan oleh penghuninya.

Selain Rumah Bubungan Tinggi, terdapat juga jenis – jenis rumah adat lainnya di Kalimantan Selatan seperti Rumah Gajah Baliku, Rumah Balai Laki, dan lain – lainnya.

Jenis – Jenis Rumah Adat Kalimantan Selatan

Rumah Bubungan Tinggi
Rumah Bubungan Tinggi – Sumber : propertyklik.com

1. Rumah Bubungan Tinggi

Rumah Bubungan Tinggi, sebuah rumah adat suku Banjar, memiliki bagian puncak atau bubungan yang menjulang tinggi, sesuai dengan namanya. Dahulunya rumah ini dijadikan sebagai tempat tinggal sultan.

Bentuknya menyerupai rumah panggung dengan atap miring yang cukup besar. Tiang-tiang utamanya diletakkan 2 meter dari tanah untuk menopang rumah. Selain kokoh, rumah ini juga dihiasi dengan ukiran indah yang sarat makna.

Sebagian besar bahan yang digunakan untuk Rumah Bubungan Tinggi adalah kayu, yang memiliki ketahanan yang baik terhadap air dan cuaca. Beberapa jenis kayu yang sering digunakan termasuk kayu ulin, kayu galam, dan kayu besi.

2. Rumah Gajah Baliku

Suku Banjar memiliki rumah adat lain yang disebut Rumah Gajah Baliku, yang pada masa lalu digunakan sebagai kediaman bagi kerabat Sultan. Selain menjadi tempat tinggal bagi waris Raja, yaitu keturunan di garis utama atau pewaris takhta, rumah ini juga dihuni oleh calon pengganti Sultan.

Meskipun terlihat serupa dengan Rumah Bubungan Tinggi, Rumah Gajah Baliku memiliki perbedaan yang nyata di bagian ruang tamu. Ruang tamunya hanya berupa ruangan tanpa tingkat, karena tidak dibutuhkan ruang bertingkat untuk Sultan.

3. Rumah Balai Laki

Rumah Balai Laki, sesuai namanya, adalah rumah adat Suku Banjar yang diperuntukkan bagi tempat tinggal para pria, khususnya para mentri dan prajurit pengawal kerajaan. Arsitektur rumah ini mencerminkan citra kesatria para pengawal kerajaan.

Salah satu ciri khasnya adalah pintu rumah yang hanya ada satu, melambangkan keberanian prajurit yang tidak akan melarikan diri dari pintu belakang. Atap rumah ini berbentuk seperti pelana kuda, menggambarkan perjuangan prajurit. Selain bangunan utama, terdapat anjung di bagian kanan dan kiri dengan atap sengkuap atau pisang sasikat yang menyerupai sisir pisang.

4. Rumah Balai Bini

Rumah Balai Bini adalah rumah adat yang khusus dibangun untuk tempat tinggal para putri Sultan. Arsitektur rumah ini mirip dengan rumah adat suku Banjar lainnya, dengan bangunan utama berbentuk persegi panjang. Atapnya yang berbentuk perisai melambangkan perlindungan terhadap perempuan.

Teras rumah ini dilengkapi dengan pagar besi dan memiliki sebuah pintu yang diapit oleh dua jendela di bagian depan. Di samping kanan dan kiri bangunan utama terdapat anjung dengan atap sengkuap yang dikenal sebagai pisang sasikat.

5. Rumah Palimbangan

Rumah ini juga dikenal sebagai rumah Banjar ketika berada di Kalimantan Selatan. Sama seperti yang lain, rumah ini muncul pada masa Kesultanan Banjar.

Rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal bagi tokoh agama dan alim ulama. Bagian atapnya menggunakan atap pelana yang dilengkapi dengan tebar layar atau Tawing Layar.

6. Rumah Palimasan

Rumah adat Palimasan merupakan salah satu rumah tradisional Suku Banjar. Pada masa Kesultanan Banjar, rumah ini difungsikan sebagai kediaman Bendaharawan Kerajaan yang bertugas menjaga harta emas dan perak Sultan.

Arsitektur dan bahan utama rumah ini menggunakan kayu ulin yang lebih besar dan kuat, mencerminkan kehati-hatian dan keteraturan dalam menjaga harta kekayaan kerajaan.

Dinamakan Palimasan karena bagian atapnya menyerupai limas. Bagian utama rumah berbentuk segi empat, seringkali ditambah dengan ruang khusus yang disebut anjung di sisi kanan atau kiri sebagai perkembangannya.

7. Rumah Lanting

umah ini adalah rumah rakit tradisional Suku Banjar yang mengambang di atas air, entah itu di sungai atau di rawa dengan pondasi rakit.

Pondasinya terdiri dari batang-batang pohon besar, seringkali menggunakan tiga batang pohon besar. Dinding rumah dibuat dari penyusunan kayu lanan secara horizontal. Atapnya berbentuk pelana.

Untuk menghubungkan rumah dengan daratan, dibuat titian dari kayu atau bambu. Atapnya dapat terbuat dari berbagai bahan, seperti sirap, rumbia, atau seng.

8. Rumah Cacak Burung

Rumah Cacak Burung juga merupakan salah satu jenis rumah tradisional Suku Banjar yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi masyarakat umum.

Bangunannya panjang dengan atap berbentuk pelana. Ruang di bagian dalam rumah, serta ruang di sisi kiri dan kanan, ditutupi dengan atap limas. Atap limas ini disusun secara melintang dan lebih tinggi daripada atap pelana.

Dengan demikian, atap pelana dan atap limas membentuk simbol tanda tambah (+), yang merupakan simbol magis penolak bala dan menyerupai bentuk cacak burung.

Seperti rumah adat Suku Banjar lainnya, rumah ini dibuat dari bahan dasar kayu ulin. Pada masa lalu, rumah ini tidak dicat dan memiliki warna sesuai dengan warna dasar kayu ulin.

9. Rumah Tadah Alas

Salah satu rumah adat yang berasal dari suku Banjar di Kalimantan Selatan adalah rumah tradisional yang merupakan perkembangan dari rumah balai bini.

Perkembangan tersebut terlihat dari penambahan satu lapis atap perisai yang berfungsi sebagai kanopi di bagian depan. Penggunaan kanopi ini menjadikan rumah tradisional ini dikenal sebagai rumah Tadah Alas.

Pada awalnya, bangunan utama memiliki bentuk segi empat memanjang dari depan ke belakang, ditutup dengan atap perisai di bagian depan. Atap perisai ini dalam bahasa Banjar disebut sebagai Atap Gajah.

Nah setelah kamu Menjelajahi Keunikan Rumah Adat Kalimantan Selatan, yuk simak ulasan tentang Nama dan Gambar Rumah Adat yang Ada di Indonesia !